Apakah
Kepribadian??
Allport melacak definisi kepribadian melalui etimologi
kata pesona kembali keakar bahasa yunani, latin kuno, dan etruskan. Kepribadian
kemungkinan besar berasal dari kata pesona. Lalu allport membuat 49 definisi
kepribadian. Kemudian, Allport kembali menawarkan definisi kepribadian yang ke
50 “pengorganisasian dinamis dalam diri individu di mana system psikofisiknya
menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan” (Allport, 1937, hlm.48). lalau
pada tahun 1961 ia mengubah frasa terakhirnya menjadi “menentukan karakteristik
perilaku dan pikirannya” (Allport, 1961, hlm.28). Lalu Allport menekankan
gagasan bahwa perilaku manusia yang beradaptasi dengan lingkungan bersifat
ekspresif sekaligus adaptif. Allport memilih setiap frasa dengan hati-hati,
seperti istilah “ pengorganisasian dinamis” berarti pengintegrasian atau saling
keterkaitan beragam aspek kepribadian. Kepribadian bukan lah sesuatu yang
statis, kepribadian selalu bertumbuh atau berubah. Istilah “menentukan”
diartikan “kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu” (Allport, 1961,
hlm. 29). Kepribadian bukan hanya topeng yang digunakan dan tidak hanya sekedar
perilaku. Dia mengacu kepada individu di belakang tampilan, pribadi dibelakang tindakan.
Definisi komperhensif Allport tentang
kepribadian ini menunjukkan bahwa manusia adalah produk sekaligus proses,
memiliki sejumlah struktur yang terorganisasikan, sementara di waktu yang sama
memiliki kemampuan untuk berubah. Singkatnya kepribadian bersifat psokologis,
mencakup perilaku yang tampak dan pikiran yang terungkap. Kepribadian adalah substansi sekaligus
perubahan, produk sekaligus proses, struktur sekaligus pertumbuhan.
Apakah peran dari motifasi yang disadari??
Allport menekankan pentingnya motifasi yang disadari.
Orang umumnya sadar dengan apa yang mereka kerjakan dan alasan mengerjakannya.
Walaupun menekankan pentingnya motifasi yang disadar Allport tidak mengabaikan
eksistensi atau pentingnya proses bawah sadar. Allport sadar bahwa sejumlah
motifasi timbul dari impuls-impuls yang tersembunyi dan dorongan yang
terselubung. Contohnya, perilaku kompulsif seperti mempecundangi diri sendiri
biasanya termotifasi oleh kecenderungan-kecenderungan bawah-sadar.
Apakah cirri pribadi yang sehat?
Beberapa asumsi agar dapat memahami konsep Allport
dalam pribadi yang dewasa. Pertama, pribadi yang dewasa dicirikan oleh sikap
proaktif, yaitu tidak hanya bereaksi terhadap stimuli eksternal, tetapi juga
sanggup bertindak dengan sadar terhadap lingkungan dengan cara baru dan inovatif. Sikap proaktif tidak hanya langsung
mereduksi tegangan, tetapi juga menciptakan tantangan baru. Kedua, kepribadian
yang dewasa tampaknya lebih termotivasikan eleh proses-proses sadar daripada
kepribadian yang terdistorsi, hal itu menjadikan lebih fleksibel dan mandiri
letimbang pribadi sehat yang masih termotivasi oleh motif-motif bawah sadar
yang muncul dari pengalaman masa kanak-kanak. Pribadi yang sehat juga tampak
lenih matang ketika usia mereka matang.
Pada tahun 1961 Allport mengidentifikasikan enam
criteria bagi kepribadian yang dewasa. Pertama, adalah perluasan konsep diri.
Pribadi yang dewasa tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tapi sanggup
menyelami masalah dan aktivitas yang ada di luar dirinya. Mereka yang memiliki
pribadi yang dewasa mengembangkan ketidak egoisan dan kepedulian social. Allport menyatakan “ setiap orang memiliki
cinta-diri namun, hanya pengembangan diri sajalah tanda kedewasaan”
Kedua, “hubungan hangat dirinya dengan orang lain”
(Allport, 1961, hlm. 285). Individu yang sehat secara psikolodis memperlakukan
orang lain dengan penuh penghargaan dan mereka menyadari bahwa kebutuhan,
hasrat, dan harapan orang lain tidaklah berbeda dari yang mereka miliki. Serta
tidak mengeksploitasi orang lain demi kepuasan diri sendiri.
Ketiga, adalah rasa aman emosional atau penerimaan
diri. Indifidu yang dewasa menerima diri dengan apa adanya, dan memiliki muatan
emotif (emotional poise) seperti apa yang sidah di sebutkan oleh Allport
(1961).
Keempat, pribadi yang sehat secara psikologis memiliki
persepsi yang realistis tentang lingkungan sekitarnya. Mereka lebih
berorientasi pada masalah dari pada rasa egoismenya, dan bersentuhan dengan
dunia sekitar.
Kelima, adalah
insight (kedalam wawasan) dan humor. Allport (1961) yakin bahwa kedalaman
wawasan dan humor berkaitan erat dan menjadi aspek dari satu hal yang sama
yaitu objektivitas. Individu yang sehat mempu melihat dirinya secara objektif,
sanggup memahami ketidakkongruenan dan absurditas, dalam hidup , dan tidak
perlu berpura2.
Keenam, kedewasaan adalah memiliki filsafat hidup yang
menyatukan. Filasaf hidup bisa berupa konsep agama atau bukan, Alloprt (1961)
merasa bahwa orientasi keagamaan yang dewasa adalah aspek krusial dalam
kehidupan sebagian besar individu yang dewasa.
Struktur
Kepribadian
Bagi Allport struktur kepribadian yang paling penting
adalah deskripsi tentang pribadi berdasarkan karakterstik individualnya, dan
dia menyebutkan karakter individual ini adalah disposisi personal.
Disposisi Personal
Allport memilih frasa untuk mendefinisikan sifat umum
dan sifat individual. Sifat umum (common traits) adalah karakteristik yang umum
dimiliki oleh banyak orang. Allport mendefinisikan Disposisi Personal sebagai
struktur neuropsikis umum(sekaligus khas individu), yang sanggup mengubah
banyak stimuli yang ekuivalen secara fungsional, sekaligus menginisiatifkan dan
menuntun bentuk-bentuk (ekuivalen) perilaku adaptif dan gaya pribadi secara
konsisten (Allport, 1961, hlm. 373). Perbedaan antara disposisi personal dengan
sifat umum adalah disposisi personal bernuansa individual, sedangkan sifat umum
dimiliki oleh beberapa orang.
Tingkat Disposisi Personal
Disposisi Esensial. Ada beberapa orang yang memiliki
karakteristik yang sangat kuat sehingga mendominasi hidup mereka. Allport
menyebutkan disposisi semacam ini sebagai Disposisi esensial (cardinal
dispositions). Beberapa contoh disposisi esensial adalah quixotic (idealis),
chauvinistic (penuh prasangka), narcissistic (narsis), sadistic (sadis) dan don
juan (don-juanis). Karena disposisi probadi bersifat individual dan tidak di miliki orang lain, hanya don
Quixote yang sungguh-sungguh quixotic, hanya narcissus yang sungguh-sungguh
narcissistic. Namun jika nama-nama ini digunakan untuk melukiskan karakteristik
orang lain, maka cirri-ciri tersebut menjadi sifat umum.
Disposisi Sentral. Allport mendeskripsikan disposisi
sentral dengan ilustrasi seorang
menuliskan daftar sifat-sifat paling menonjol pada temannya. Dengan cara ini
Allport yakin kalau manusia umumnya memiliki 5 dari 10 disposisi sentral diman
teman-teman dan kenalan dekat setuju dengan deskripsi mengenai pribadi itu.
Disposisi Sekunder. Yang tidak begitu jelas namun jauh
lebih besar dari pada disposisi sentral adalah disposisi sekunder (secondary
dispositions). Setiap orang memiliki banyak disposisi sekunder yang tidak
sentral bagi kepribadian namun selalu muncul teratur dan bertanggung jawab bagi
kebanyakan perilaku spesifik.
Namun terkadang ketiga tingkatan disposisi personal
ini tampak jelas ataupun tidak tampak
sama sekali. Disposisi sentral menuntun sebagian besar perilaku adaptif dan
gaya pribadi yang bercampur menjadi disposisi sekunder yang kurang berperan
penting dalam diri individu.
Disposisi Motivasi dan Disposisi Gaya
Semua disposisi personal bersifat dinamis dalam arti
memiliki kekuatan motivasi. Allport menyebutkan suatu disposisi yang kuat
sebagai “disposisi motivasi (motivational disposition)”. Disposisi yang
dirasakan sangat kuat menerima motivasi darikebutuhan dan dorongan dasar.
Sedangkan Allport menyebutkan disposisi yang kurang begitu kuat sebagai
“disposisi gaya (stylistic disposition)” meskipun disposisi ini juga memiliki sejumlah kekuatan motivasi.
Contoh disposisi gaya adalah penampilan seseorang.
Disposisi motivasi Allport mirip dengan konsep Maslow
tentang sikap penguasaan, sementara disposisi gaya mirip dengan konsep Maslow
tentang sikap eksresif. Allport tidak melihat perbedaan tajam antara disposisi
motivasi dan disposisi gaya. Beberapa disposisi jelas-jelas bersifat gaya, yang
lain tidak begitu jelas apakah didasarkan pada pada kebutuhan yang dirasakan
sangat kuat atau kah bersifat motivasi.
Proprium
Allport menggunakan istilah Proprium untuk mengacu pada perilaku dan karakteristik
yang diangggap hangat, sentral dan penting dalam hidup seseorang. Tetapi
Proprium bukan keseluruhan pribadi, karena banyak karakteristik dan perilaku
seseorang tidak hangat atau sentral yaitu berada di tepian kepribadian.
Perilaku yang tidak sentral ini meliputi : dorongan dan kebutuhan dasar yang umum
ditemui dan terpengaruhi tabpa kesulitan; kebiasaan komunitas, seperti
berpakaian dan cara menyapa; dan kebiasaan perilaku, seperti merokok, sesuatu
yang dilakukan secara otomatis dan tidak krusial bagi konsep-diri seseorang. Proprium
mencakup aspek-aspek kehidupan yang dianggap seseorang penting bagi konsep-diri
dan pengembangan-diri(Allport, 1955). Proprium mencakup nilai-nilai pribadi
yang merupakan bagian dari suara hati yang bersifat personal dan konsisten
dengan keyakinan seorang yang dewasa.
Motivasi
Menurut Allport
teori motivasi semestinya membahas perbedaan antara motif-motif peripheral dan
perjuangan yang bermanfaat (propriate strivings). Motif-motif peripheral
mereduksi kebutuhan, sedangkan perjuangan yang bermanfaat berusaha memprtahankan
tegangan dan ketidakkeseimbangan. Teori mitivasi seharusnya dapat menjelaskan
perilaku orang dewasa reaktif sekaligus proaktif.
Teori Motivasi
Allport yakin bahwa kepribadian yang berdaya guna
adalah manusia tidak hanya beraksi pada lingkungannya, tetapi juga lingkungan
bereaksi kembali pada diri individu tersebut. Kepribadian adalah system yang
terus bertumbuh, mengizinkan elemen-elemen baru untuk secara konsistenmasuk dan
mengubahnya. Banyak peneliti yang meneliti tidak adanya kemungkinan-kemungkinan
bagi bertambahnya elemen-elemen baru yang dapat masuk. Psikoanalisis dan
berbagai teori belajar pada dasarnya bersifat homeostatis atau teori yang bersifat
reaktif, karena melihat manusia umunya
termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mereduksi tegangan agar kembali pada
kondisi seimbang.
Menurut Allport teori kepribadian yang kuat adalah
teori yang didalamnya mencakup perilaku-perilaku proaktif. Teori yang komperhensif bukan hanya dipenuhi
oleh penjelasan mengenai teori reaktif namun, harus juga sanggup menerima
penjelasan teori-teori proaktif yang menekankan
perubahan dan pertumbuhan. Allport berpendapat bahwa psikologis yang
mempelajari pola-pola dan kaidah-kaidah
umum perilaku manusia di satu sisi (isi dari psikologi tradisional), juga harus
mempelajari, disisi lain pertumbuhan dan
individualitas.
Otonomi Fungsional
Konsep otonomi fungsional (functional autonomy)
merepresentasikan postulat Allport yang paling unik sekaligus paling
konvensional. Otonomi fungsional lebih merepresentasikan sebuah teori mengenai
perubahan motif-motif dari pada kestatisan motif dan konsep ini yang menjadi
dasar bagi pemikiran Allport mengenai motivasi. Otonomi fungsional adalah
reaksi terhadap apa yang disebut Allport teori tentang motivasi yang tidak
pernah berubah, seperti prinsip kesenangan Freud dan hipotesis pereduksian
dorongan dari psikologi stimulus-respon. Allport melihat kalau teori-teori
semacam ini lebih didasarkan pada fakta-fakta historis, fukan hanya fakta-fakta
fungsional. Allport yakin bahwa system mitivasi dibangun dari hal-hal yang
disadari, diulang-ulang dan bersifat kekinian. Namun, dia juga mengakui bahwa
sejumlah motivasi bersifat bawah sadar sementara yang lain hasih
pereduksi. Allport mendata empat
persyaratan bagi teori motivasi yang kuat, yaitu :
1.
Teori motivasi
yang “akan mengakui kekinian motif-motif”. Dengan kata lain “apapun yang
menggerakkan kita saat ini, kita harus bergerak” (Allport, 1961, hlm.220). Masa
lalu tidak terlalu penting. Sejarah hidup seseorang menjadi signifikan jika
memiliki efek bagi motivasi saat ini.
2.
“hanya teori
pluralistiklah yang sanggup menerima berbagai tipe motif manusia” (Allport,
1961, hlm. 221). Allport yakin motif orang dewasa berbeda dengan motif
anak-anak, dan bahwa motivasi indivisu yang neurotic berbeda dari motif
individu yang normal. Selain itu, beberapa motivasi sangat disadari sementara
yang lain tidka begitu disadari. Motif yang berbeda tidak hanya dalam bentuknya
tapi juga dalam substansinya.
3.
“teori ini melukiskan kekuatan dinamis proses-proses
kognitif-seperti membuat perencanaan dan menentukan niat”(Allport, 1961, hlm.
222). Allport berpendapat bahwa umumnya
orang sibuk menjalani hidup menuju masa depan namun, kebanyakan teori
psikologis “sibuk melacak hidup ke belakang, ke masa lalu. Dan jika kita
sendiri merasa aktif secara spontan, para psikolog ini menyatakan bahwa kita hanya bersifat
reaktif saja”.
4.
Sebuah teori
mitivasi yang kuat “memberikan perhatian pada keunikan motif-motif”(Allport,
1961, hlm. 225). Motif unik yang konkret berbeda dari motif umum yang abstrak,
karena dilandaskan pada teori-teori yang
sudah ada saat ini dan mengabaikan motivasi actual pribadi yang riil.
Ringkasnya , motif yang secara fungsional otonom
bersifat kekinian dank has indivisu, bisa bertumbuh dari motif-motif sebelumnya
tetapi secara fungsional independen. Allport (1961, hlm. 229) mendefinisikan
otonom fungsional sebagai “ system motivasi yang dibutuhkan di mana tegangan
yang terlibat tidak sama jenisnya dengan tegangan-tegangan terdahulu yang
membuat system yang di butuhkan berkembang”.
Otonomi Fungsional Ketertantangan
Elemen yang paling mendasari otonomi fungsional adalah
otonomi fungsional ketergantungan (prerverative functional autonomy). Kata ketergantungan merupakan sebuah
kecenderungan untuk menyisakan kesan kuat bagi pengalam-pengalam sesudahnya.
Contoh motivasi fungsional ketergantungan yang melibatkan motivasi manusia
adalah ketergantungan pada alcohol. Para alkoholik terus saja meminum minuman
keras meskipun motivasi saat ini sudah independen secara fungsional dari motif
awalnya. Contoh lain berkaitan dengan tugas-tugas yang belum selesai. Sebuah
persoalan yang mestinya selesai tetapi terhambat akan menciptakan tantangan
baru untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Tegangan baru ini berbeda dari
motivasi awal.
Otonomi Fungsional Kemanfaatan
System penguasaan motivasi yang menghargai kesatuan
pribadi adalah otonomi fungsional kemanfaatan (propriate functional autonomy),
yang mengacu pada motif-motif pertahanan diri bagi proprium.
Criteria bagi Otonomi Fungsional
Motivasi yang timbul saat ini adalah motivasi
fungsional untuk mencari tujuan-tujuan baru, yang berarti perilaku akan terus
berlanjut meskipun motivasi sudah berubah. Contohnya seorang anak yang dedang
belajar berjalan, awlahnya anak itu belajar berjalan termotivasi oleh sejumlah
dorongan pendewasaan, tetapi kemudian anak tersebut mulai berjalan untuk
meningkatkan mobilitas dan menbangun rasa percaya diri.
Proses-proses yang Bukan Otonomi Fungsional
Menurut alport ada delapan proses secara otonom
fungsional, yaitu :
1.
Dorongan-dorongan
biologis, seperti makan dan tidur
2.
Motif-motif yang
langsung berkaiatan dengan pereduksian dorongan-dorongan dasar
3.
Tindakan-tindakan
refleks seperti kedipan mata
4.
Kelengkapan
dasar, seperti fisik dan temperamen
5.
Kebiasaan yang terbentuk didalam proses
6.
Pola-pola
perilaku yang memerlukan penguatan utama
7.
Sublimasi yang
terkait kepada hasrat seksual kanak-kanak
8.
Sejumlah simtom
neurotic atau patologis
Delapan hal itu biasa menjadi motif-motif fungsional
atau tidak. Disisi lain, beberapa simtom patologis lain berfungsi sebagai
pendukung gaya pribadi saat ini, karenanya secara fungsional otonom dari
penglaman-pengalaman sebelumnya yang melahirkan patologi.