Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Januari 2012

TEORI-TEORI INDIVIDUAL DIFFERENCES

Individu adalah unik. Walaupun tuhan telah menciptakan bermilyar-milyar manusia dari zaman dahulu sampai sekarang dan seterusnya, namun tidak ada satupun manusia yang sama persis dengan orang lain walaupun saudara kembar sekalipun.
Perbedaan tersebut tudak hanya pada bentuk fisik semata, akan tetapi juga dalam hal keyakinan terhadap suatu nilai, kemampuan kognitif, sikap, minat terhadap sesuatu dan hal-hal lainnya. Dibawah ini ada beberapa teori yang berhubungan dengan indifidual differences.
VALUE
Menurut Allport nilai adalah suatu keyakinan yang melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya (dalam Rokeach, 1973). Robinson dkk. (1991) mengemukakan bahwa keyakinan, dalam konsep Rokeach, bukan hanya pemahaman dalam suatu skema konseptual, tapi juga predisposisi untuk bertingkah laku yang sesuai dengan perasaan terhadap obyek dari keyakinan tersebut.
Dalam Rokeach (1973) dikatakan, sebagai keyakinan, nilai memiliki aspek kognitif, afektif dan tingkah laku dengan penjelasan sebagai berikut:
1.                    Nilai meliputi kognisi tentang apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini dan pemikiran individu tentang apa yang diinginkan.
2.                   Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa yang diinginkan, sehingga nilai menjelaskan perasaan individu atau kelompok terhadap apa yang diinginkan itu.
3.                   Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan.
Fungsi Nilai
Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya ialah:
· Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issuestertentu (Feather, 1994).
·                     Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi politik yang lain.
·                     Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain.
·                     Melakukan evaluasi dan membuat keputusan.
·                     Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah.
2. Sistim nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan (Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994)
Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang bersangkutan.
3. Fungsi motivasional
Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994), memberi arah dan intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara biologis) dan keinginan, selain tuntutan sosial (Feather, 1994; Grube dkk., 1994).
ABILITY(KOGNITIF)
Ability adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk mempertahankan dirinya, sedangkan ability kognitif lebih kepada kemampuan manusia yang menyangkut proses berfikir dalam memanipulasi alam sekitarnya untuk mencapai tujuannya.
Menurut Spearman intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu
a) General ability atau general faktor (faktor G)
Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua “performance”.
b) Special ability atau special faktor (faktor S)
Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
Menurut Spearman tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan:
P=G+S
MINAT SOSIAL
Menurut Adler, masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi yang sehat bukan hanya mencintai dan bekerja, melainkan merasakan keberrsamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesehjateraan mereka. Beberapa prinsip penting dalam teori Adler adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang berjuang untuk mencapai superioritas atau kompetensi personal
2. Setiap orang mengembangkan gaya hidup dan rencana hidup yang sebagian disadar atau direncanakan dan sebagian tidak disadari.
a. Gaya hidup seseorang mengindikasikan pendekatan yang konsisten pada banyak situasi
b. Rencana hidup dikembangkan berdasarkan pilihan seseorang dan mengarah pada tujuan yang diperjuangkan seseorang untuk dicapai
3. Kualitas kepribadian yang sehat adalah kapasitas untuk mencapai “fellow feeling” atau Gemeinschaftgefuhli, yang fokus pada kesehjateraan orang lain. Adler menyebunya minat sosial.
4. Ego merupakan bagian dari jiwa yang kreatif. Menciptakan realitas baru melalui proses menyusun tujuan dan membawanya pada suatu hasil, disebut dengan fictional goals.

Inferioriy dan Superiority
Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan. Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.

Social Interest
Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain yang berkelanjutan sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Meskipun minat sosial dilahirkan, tetapi menurut Adler terlalu lemah atau kecil untuk dapat berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu menjadi tugas Ibu, yang menjadi orang pertama dalam pengalaman seorang anak, untuk mengembangkan potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat membantu anak untuk memperluas minat sosialnya, maka anak akan cenderung tidak memiliki kesiapan ketika menghadapi masalah dalam lingkungan sosialnya.
Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai superior dengan cara yang sehat dan kurangnya minat sosial tersebut dapat mengarahkan pada fungsi yang maladaptif. Semua kegagalan seperti neurotik, psikotik, pemabuk, anak yang bermasalah dan lainnya disebabkan kurangnya memiliki minat sosial mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan dan seks tanpa memiliki keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kerja sama. Makna yang diberikan pada kehidupan lebih bernilai pribadi. Tidak ada orang lain yang mendapatkan keuntungan dengan tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan merupakan merasakan superioritas personal dan hanya berarti untuk diri mereka sendiri. sebagai manusia yang sehat, maka pada waktu yang bersamaan ia akan berjuang mencapai superior dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.

Style of Life
Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut.
Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.
TEORI SIKAP
Sikap atau attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada tahun 1962yang berarti status mental seseorang (Azwar, 2005, p.3). Severin dan Tarkand(2001,p. 151) berperdapat bahwa sikap pada dasarnya adalah tendensi seseorang terhadap sesuatu. Sikap merupakan suatu evaluasi terhadap objek sikap dimana evaluasi rasa suka dan tidak suka terhadap objek sikap tersebut adalah inti sikap. Sikap selalu berperan sebagai penghubung antara respon dan objek yang dikenai sikap. “Sikap ini merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir serta merasa pada suatu objek tertentu” (Sunarjo&Sunarjo Djoenarsih S, 1995, p.37).
Factor pembentuk sikapFactor-faktor pembentuk sikap antara lain adalah (Azwar, 2005): pengalaman pribadi
a.                   Pengaruh orang lain yang dianggap penting
b.                   Pengaruh kebudayaan
c.                   Pengarug media massa
d.                   Pengaruh emosional
e.                   Lembaga pendidikan dan Lembaga agama
Komponen sikapMenurut Severin dan Tangkard, ada tiga komponen sikap yang saling menunjang. Yaitu:
a. Komponen afektif
Komponen kognitif berisi perasaan-perasaan terhadap objek sikap terkait dengan rasa suka atau tidak suka
b. Komponen kognitif
Komponen ini berisi tentang keyakinan terhadap objek sikap, komponen ini akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek sikap.
c. Komponen perilaku
Komponen ini akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap(Mar’at, 1982, p.21). Sedang menurut Azwar, komponen ini menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri individu berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap antara lain (Ahmadi, 2002):
a. Learnability
Sikap merupakan hasil pembelajaran, baik itu secara sengaja maupun secara tidak sengaja
b. Stability
Sikap akan menjadi kuat dan stabil melalui pengalaman yang berulang-ulang.
c. Personal-society significance
Sikap melibatkan hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain dan antara individu dengan benda atau situasi
d. Cognitive and affective
Komponen kognisi sikap berisi informasi yang factual sehingga akan memunculkan komponen afeksi
e. Approach-avoidance directionality
Kepentingan individu akan menggiring individu untuk menyeleksi apakah objek sikap favorable.
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar