Individu adalah unik. Walaupun tuhan telah menciptakan bermilyar-milyar
manusia dari zaman dahulu sampai sekarang dan seterusnya, namun tidak ada
satupun manusia yang sama persis dengan orang lain walaupun saudara kembar
sekalipun.
Perbedaan tersebut tudak hanya pada bentuk fisik semata, akan tetapi juga
dalam hal keyakinan terhadap suatu nilai, kemampuan kognitif, sikap, minat
terhadap sesuatu dan hal-hal lainnya. Dibawah ini ada beberapa teori yang
berhubungan dengan indifidual differences.
VALUE
Menurut Allport nilai adalah suatu keyakinan yang melandasi seseorang
untuk bertindak berdasarkan pilihannya (dalam Rokeach, 1973). Robinson dkk.
(1991) mengemukakan bahwa keyakinan, dalam konsep Rokeach, bukan hanya
pemahaman dalam suatu skema konseptual, tapi juga predisposisi untuk bertingkah
laku yang sesuai dengan perasaan terhadap obyek dari keyakinan tersebut.
Dalam Rokeach (1973) dikatakan, sebagai keyakinan,
nilai memiliki aspek kognitif, afektif dan tingkah laku dengan penjelasan
sebagai berikut:
1.
Nilai meliputi kognisi tentang
apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini dan pemikiran individu
tentang apa yang diinginkan.
2.
Nilai meliputi afektif, di
mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa yang diinginkan,
sehingga nilai menjelaskan perasaan individu atau kelompok terhadap apa yang
diinginkan itu.
3.
Nilai memiliki komponen
tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang berpengaruh dalam
mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan.
Fungsi Nilai
Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya
ialah:
· Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu
dalam social issuestertentu (Feather, 1994).
·
Mempengaruhi individu untuk
lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi politik yang lain.
·
Mengarahkan cara menampilkan
diri pada orang lain.
·
Melakukan evaluasi dan membuat
keputusan.
·
Mengarahkan tampilan tingkah
laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberitahu individu akan keyakinan,
sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes
dan dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah.
2. Sistim nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan
pengambilan keputusan (Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994)
Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam
sistim nilai individu. Umumnya nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai
yang dominan pada individu yang bersangkutan.
3. Fungsi motivasional
Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam
situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk
mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi
motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu tindakan
tertentu (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994), memberi arah dan intensitas emosional
tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari oleh teori
yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara
biologis) dan keinginan, selain tuntutan sosial (Feather, 1994; Grube dkk.,
1994).
ABILITY(KOGNITIF)
Ability adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia
untuk mempertahankan dirinya, sedangkan ability kognitif lebih kepada kemampuan
manusia yang menyangkut proses berfikir dalam memanipulasi alam sekitarnya
untuk mencapai tujuannya.
Menurut Spearman
intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu
a) General
ability atau general faktor (faktor G)
Faktor
ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya.
Faktor ini selalu didapati dalam semua “performance”.
b) Special ability atau special
faktor (faktor S)
Faktor
ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian,
maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan
sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu dominan,
maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
Menurut Spearman
tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan:
P=G+S
MINAT SOSIAL
Menurut Adler, masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi yang
sehat bukan hanya mencintai dan bekerja, melainkan merasakan keberrsamaan
dengan orang lain dan mempedulikan kesehjateraan mereka. Beberapa prinsip
penting dalam teori Adler adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang berjuang untuk mencapai superioritas atau kompetensi personal
2. Setiap orang mengembangkan gaya hidup dan rencana hidup yang sebagian disadar atau direncanakan dan sebagian tidak disadari.
a. Gaya hidup seseorang mengindikasikan pendekatan yang konsisten pada
banyak situasi
b. Rencana hidup dikembangkan berdasarkan pilihan seseorang dan mengarah
pada tujuan yang diperjuangkan seseorang untuk dicapai
3. Kualitas kepribadian yang sehat adalah kapasitas untuk mencapai “fellow
feeling” atau Gemeinschaftgefuhli, yang fokus pada kesehjateraan orang lain.
Adler menyebunya minat sosial.
4. Ego merupakan bagian dari jiwa yang kreatif. Menciptakan realitas baru
melalui proses menyusun tujuan dan membawanya pada suatu hasil, disebut dengan
fictional goals.
Inferioriy dan Superiority
Inferioriy dan Superiority
Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan
inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan
berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan. Inferioritas berarti merasa
lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang
harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam
pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan
kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority
bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara
berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat
dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat
seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua
kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan
atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex
menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang
adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.
Social Interest
Social Interest
Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain
yang berkelanjutan sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku seseorang.
Meskipun minat sosial dilahirkan, tetapi menurut Adler terlalu lemah atau kecil
untuk dapat berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu menjadi tugas Ibu,
yang menjadi orang pertama dalam pengalaman seorang anak, untuk mengembangkan
potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat membantu anak untuk memperluas minat
sosialnya, maka anak akan cenderung tidak memiliki kesiapan ketika menghadapi
masalah dalam lingkungan sosialnya.
Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai superior dengan
cara yang sehat dan kurangnya minat sosial tersebut dapat mengarahkan pada
fungsi yang maladaptif. Semua kegagalan seperti neurotik, psikotik, pemabuk,
anak yang bermasalah dan lainnya disebabkan kurangnya memiliki minat sosial
mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan dan seks tanpa memiliki
keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kerja sama. Makna
yang diberikan pada kehidupan lebih bernilai pribadi. Tidak ada orang lain yang
mendapatkan keuntungan dengan tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan
merupakan merasakan superioritas personal dan hanya berarti untuk diri mereka
sendiri. sebagai manusia yang sehat, maka pada waktu yang bersamaan ia akan
berjuang mencapai superior dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
Style of Life
Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap
manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat
mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat
sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya
hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang
telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut
berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai
kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap
orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya
dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut.
Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk
oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak
tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh
prasangka dan minatnya dirinya.
TEORI SIKAP
Sikap atau attitude pertama kali digunakan oleh
Herbert Spencer pada tahun 1962yang berarti status mental seseorang (Azwar,
2005, p.3). Severin dan Tarkand(2001,p. 151) berperdapat bahwa sikap pada
dasarnya adalah tendensi seseorang terhadap sesuatu. Sikap merupakan suatu
evaluasi terhadap objek sikap dimana evaluasi rasa suka dan tidak suka terhadap
objek sikap tersebut adalah inti sikap. Sikap selalu berperan sebagai
penghubung antara respon dan objek yang dikenai sikap. “Sikap ini merupakan
kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir serta merasa pada suatu objek
tertentu” (Sunarjo&Sunarjo Djoenarsih S, 1995, p.37).
Factor pembentuk sikapFactor-faktor pembentuk sikap antara lain adalah
(Azwar, 2005): pengalaman pribadi
a.
Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
b.
Pengaruh kebudayaan
c.
Pengarug media massa
d.
Pengaruh emosional
e.
Lembaga pendidikan dan Lembaga
agama
Komponen sikapMenurut Severin dan Tangkard, ada tiga komponen sikap yang saling
menunjang. Yaitu:
a. Komponen afektif
Komponen kognitif berisi perasaan-perasaan terhadap objek sikap terkait
dengan rasa suka atau tidak suka
b. Komponen kognitif
Komponen ini berisi tentang keyakinan terhadap objek sikap, komponen ini
akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek
sikap.
c. Komponen perilaku
Komponen ini akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan
untuk bertindak terhadap objek sikap(Mar’at, 1982, p.21). Sedang menurut Azwar,
komponen ini menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri individu
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap antara lain (Ahmadi, 2002):
a. Learnability
Sikap merupakan hasil pembelajaran, baik itu secara sengaja maupun secara
tidak sengaja
b. Stability
Sikap akan menjadi kuat dan stabil melalui pengalaman yang berulang-ulang.
c. Personal-society significance
Sikap melibatkan hubungan antara individu yang satu dengan individu yang
lain dan antara individu dengan benda atau situasi
d. Cognitive and affective
Komponen kognisi sikap berisi informasi yang factual sehingga akan
memunculkan komponen afeksi
e. Approach-avoidance
directionality
Kepentingan individu akan menggiring individu untuk menyeleksi apakah objek
sikap favorable.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar