Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Januari 2012

Pendekatan Allport Bagi Teori Kepribadian


Apakah Kepribadian??
Allport melacak definisi kepribadian melalui etimologi kata pesona kembali keakar bahasa yunani, latin kuno, dan etruskan. Kepribadian kemungkinan besar berasal dari kata pesona. Lalu allport membuat 49 definisi kepribadian. Kemudian, Allport kembali menawarkan definisi kepribadian yang ke 50 “pengorganisasian dinamis dalam diri individu di mana system psikofisiknya menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan” (Allport, 1937, hlm.48). lalau pada tahun 1961 ia mengubah frasa terakhirnya menjadi “menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya” (Allport, 1961, hlm.28). Lalu Allport menekankan gagasan bahwa perilaku manusia yang beradaptasi dengan lingkungan bersifat ekspresif sekaligus adaptif. Allport memilih setiap frasa dengan hati-hati, seperti istilah “ pengorganisasian dinamis” berarti pengintegrasian atau saling keterkaitan beragam aspek kepribadian. Kepribadian bukan lah sesuatu yang statis, kepribadian selalu bertumbuh atau berubah. Istilah “menentukan” diartikan “kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu” (Allport, 1961, hlm. 29). Kepribadian bukan hanya topeng yang digunakan dan tidak hanya sekedar perilaku. Dia mengacu kepada individu di belakang tampilan, pribadi dibelakang tindakan.  Definisi komperhensif Allport tentang kepribadian ini menunjukkan bahwa manusia adalah produk sekaligus proses, memiliki sejumlah struktur yang terorganisasikan, sementara di waktu yang sama memiliki kemampuan untuk berubah. Singkatnya kepribadian bersifat psokologis, mencakup perilaku yang tampak dan pikiran yang terungkap.  Kepribadian adalah substansi sekaligus perubahan, produk sekaligus proses, struktur sekaligus pertumbuhan.
Apakah peran dari motifasi yang disadari??
Allport menekankan pentingnya motifasi yang disadari. Orang umumnya sadar dengan apa yang mereka kerjakan dan alasan mengerjakannya. Walaupun menekankan pentingnya motifasi yang disadar Allport tidak mengabaikan eksistensi atau pentingnya proses bawah sadar. Allport sadar bahwa sejumlah motifasi timbul dari impuls-impuls yang tersembunyi dan dorongan yang terselubung. Contohnya, perilaku kompulsif seperti mempecundangi diri sendiri biasanya termotifasi oleh kecenderungan-kecenderungan bawah-sadar.
Apakah cirri pribadi yang sehat?
Beberapa asumsi agar dapat memahami konsep Allport dalam pribadi yang dewasa. Pertama, pribadi yang dewasa dicirikan oleh sikap proaktif, yaitu tidak hanya bereaksi terhadap stimuli eksternal, tetapi juga sanggup bertindak dengan sadar terhadap lingkungan dengan cara baru dan  inovatif. Sikap proaktif tidak hanya langsung mereduksi tegangan, tetapi juga menciptakan tantangan baru. Kedua, kepribadian yang dewasa tampaknya lebih termotivasikan eleh proses-proses sadar daripada kepribadian yang terdistorsi, hal itu menjadikan lebih fleksibel dan mandiri letimbang pribadi sehat yang masih termotivasi oleh motif-motif bawah sadar yang muncul dari pengalaman masa kanak-kanak. Pribadi yang sehat juga tampak lenih matang ketika usia mereka matang.
Pada tahun 1961 Allport mengidentifikasikan enam criteria bagi kepribadian yang dewasa. Pertama, adalah perluasan konsep diri. Pribadi yang dewasa tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tapi sanggup menyelami masalah dan aktivitas yang ada di luar dirinya. Mereka yang memiliki pribadi yang dewasa mengembangkan ketidak egoisan dan  kepedulian social.  Allport menyatakan “ setiap orang memiliki cinta-diri namun, hanya pengembangan diri sajalah tanda kedewasaan”
Kedua, “hubungan hangat dirinya dengan orang lain” (Allport, 1961, hlm. 285). Individu yang sehat secara psikolodis memperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan dan mereka menyadari bahwa kebutuhan, hasrat, dan harapan orang lain tidaklah berbeda dari yang mereka miliki. Serta tidak mengeksploitasi orang lain demi kepuasan diri sendiri.
Ketiga, adalah rasa aman emosional atau penerimaan diri. Indifidu yang dewasa menerima diri dengan apa adanya, dan memiliki muatan emotif (emotional poise) seperti apa yang sidah di sebutkan oleh Allport (1961).
Keempat, pribadi yang sehat secara psikologis memiliki persepsi yang realistis tentang lingkungan sekitarnya. Mereka lebih berorientasi pada masalah dari pada rasa egoismenya, dan bersentuhan dengan dunia sekitar.
Kelima,  adalah insight (kedalam wawasan) dan humor. Allport (1961) yakin bahwa kedalaman wawasan dan humor berkaitan erat dan menjadi aspek dari satu hal yang sama yaitu objektivitas. Individu yang sehat mempu melihat dirinya secara objektif, sanggup memahami ketidakkongruenan dan absurditas, dalam hidup , dan tidak perlu berpura2.
Keenam, kedewasaan adalah memiliki filsafat hidup yang menyatukan. Filasaf hidup bisa berupa konsep agama atau bukan, Alloprt (1961) merasa bahwa orientasi keagamaan yang dewasa adalah aspek krusial dalam kehidupan sebagian besar individu yang dewasa.
Struktur Kepribadian
Bagi Allport struktur kepribadian yang paling penting adalah deskripsi tentang pribadi berdasarkan karakterstik individualnya, dan dia menyebutkan karakter individual ini adalah disposisi personal.
Disposisi Personal
Allport memilih frasa untuk mendefinisikan sifat umum dan sifat individual. Sifat umum (common traits) adalah karakteristik yang umum dimiliki oleh banyak orang. Allport mendefinisikan Disposisi Personal sebagai struktur neuropsikis umum(sekaligus khas individu), yang sanggup mengubah banyak stimuli yang ekuivalen secara fungsional, sekaligus menginisiatifkan dan menuntun bentuk-bentuk (ekuivalen) perilaku adaptif dan gaya pribadi secara konsisten (Allport, 1961, hlm. 373). Perbedaan antara disposisi personal dengan sifat umum adalah disposisi personal bernuansa individual, sedangkan sifat umum dimiliki oleh beberapa orang.
Tingkat Disposisi Personal
Disposisi Esensial. Ada beberapa orang yang memiliki karakteristik yang sangat kuat sehingga mendominasi hidup mereka. Allport menyebutkan disposisi semacam ini sebagai Disposisi esensial (cardinal dispositions). Beberapa contoh disposisi esensial adalah quixotic (idealis), chauvinistic (penuh prasangka), narcissistic (narsis), sadistic (sadis) dan don juan (don-juanis). Karena disposisi probadi bersifat individual  dan tidak di miliki orang lain, hanya don Quixote yang sungguh-sungguh quixotic, hanya narcissus yang sungguh-sungguh narcissistic. Namun jika nama-nama ini digunakan untuk melukiskan karakteristik orang lain, maka cirri-ciri tersebut menjadi sifat umum.
Disposisi Sentral. Allport mendeskripsikan disposisi sentral  dengan ilustrasi seorang menuliskan daftar sifat-sifat paling menonjol pada temannya. Dengan cara ini Allport yakin kalau manusia umumnya memiliki 5 dari 10 disposisi sentral diman teman-teman dan kenalan dekat setuju dengan deskripsi mengenai pribadi itu.
Disposisi Sekunder. Yang tidak begitu jelas namun jauh lebih besar dari pada disposisi sentral adalah disposisi sekunder (secondary dispositions). Setiap orang memiliki banyak disposisi sekunder yang tidak sentral bagi kepribadian namun selalu muncul teratur dan bertanggung jawab bagi kebanyakan perilaku spesifik.
Namun terkadang ketiga tingkatan disposisi personal ini  tampak jelas ataupun tidak tampak sama sekali. Disposisi sentral menuntun sebagian besar perilaku adaptif dan gaya pribadi yang bercampur menjadi disposisi sekunder yang kurang berperan penting dalam diri individu.
Disposisi Motivasi dan Disposisi Gaya
Semua disposisi personal bersifat dinamis dalam arti memiliki kekuatan motivasi. Allport menyebutkan suatu disposisi yang kuat sebagai “disposisi motivasi (motivational disposition)”. Disposisi yang dirasakan sangat kuat menerima motivasi darikebutuhan dan dorongan dasar. Sedangkan Allport menyebutkan disposisi yang kurang begitu kuat sebagai “disposisi gaya (stylistic disposition)” meskipun disposisi ini  juga memiliki sejumlah kekuatan motivasi. Contoh disposisi gaya adalah penampilan seseorang.
Disposisi motivasi Allport mirip dengan konsep Maslow tentang sikap penguasaan, sementara disposisi gaya mirip dengan konsep Maslow tentang sikap eksresif. Allport tidak melihat perbedaan tajam antara disposisi motivasi dan disposisi gaya. Beberapa disposisi jelas-jelas bersifat gaya, yang lain tidak begitu jelas apakah didasarkan pada pada kebutuhan yang dirasakan sangat kuat atau kah bersifat motivasi.
Proprium
Allport menggunakan istilah Proprium  untuk mengacu pada perilaku dan karakteristik yang diangggap hangat, sentral dan penting dalam hidup seseorang. Tetapi Proprium bukan keseluruhan pribadi, karena banyak karakteristik dan perilaku seseorang tidak hangat atau sentral yaitu berada di tepian kepribadian. Perilaku yang tidak sentral ini meliputi : dorongan dan kebutuhan dasar yang umum ditemui dan terpengaruhi tabpa kesulitan; kebiasaan komunitas, seperti berpakaian dan cara menyapa; dan kebiasaan perilaku, seperti merokok, sesuatu yang dilakukan secara otomatis dan tidak krusial bagi konsep-diri seseorang. Proprium mencakup aspek-aspek kehidupan yang dianggap seseorang penting bagi konsep-diri dan pengembangan-diri(Allport, 1955). Proprium mencakup nilai-nilai pribadi yang merupakan bagian dari suara hati yang bersifat personal dan konsisten dengan keyakinan seorang yang dewasa.
Motivasi
 Menurut Allport teori motivasi semestinya membahas perbedaan antara motif-motif peripheral dan perjuangan yang bermanfaat (propriate strivings). Motif-motif peripheral mereduksi kebutuhan, sedangkan perjuangan yang bermanfaat berusaha memprtahankan tegangan dan ketidakkeseimbangan. Teori mitivasi seharusnya dapat menjelaskan perilaku orang dewasa reaktif sekaligus proaktif.
Teori Motivasi
Allport yakin bahwa kepribadian yang berdaya guna adalah manusia tidak hanya beraksi pada lingkungannya, tetapi juga lingkungan bereaksi kembali pada diri individu tersebut. Kepribadian adalah system yang terus bertumbuh, mengizinkan elemen-elemen baru untuk secara konsistenmasuk dan mengubahnya. Banyak peneliti yang meneliti tidak adanya kemungkinan-kemungkinan bagi bertambahnya elemen-elemen baru yang dapat masuk. Psikoanalisis dan berbagai teori belajar pada dasarnya bersifat homeostatis atau teori yang bersifat reaktif, karena melihat manusia  umunya termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mereduksi tegangan agar kembali pada kondisi seimbang. 
Menurut Allport teori kepribadian yang kuat adalah teori yang didalamnya mencakup perilaku-perilaku proaktif.  Teori yang komperhensif bukan hanya dipenuhi oleh penjelasan mengenai teori reaktif namun, harus juga sanggup menerima penjelasan teori-teori proaktif yang menekankan  perubahan dan pertumbuhan. Allport berpendapat bahwa psikologis yang mempelajari  pola-pola dan kaidah-kaidah umum perilaku manusia di satu sisi (isi dari psikologi tradisional), juga harus mempelajari, disisi lain  pertumbuhan dan individualitas.

Otonomi Fungsional
Konsep otonomi fungsional (functional autonomy) merepresentasikan postulat Allport yang paling unik sekaligus paling konvensional. Otonomi fungsional lebih merepresentasikan sebuah teori mengenai perubahan motif-motif dari pada kestatisan motif dan konsep ini yang menjadi dasar bagi pemikiran Allport mengenai motivasi. Otonomi fungsional adalah reaksi terhadap apa yang disebut Allport teori tentang motivasi yang tidak pernah berubah, seperti prinsip kesenangan Freud dan hipotesis pereduksian dorongan dari psikologi stimulus-respon. Allport melihat kalau teori-teori semacam ini lebih didasarkan pada fakta-fakta historis, fukan hanya fakta-fakta fungsional. Allport yakin bahwa system mitivasi dibangun dari hal-hal yang disadari, diulang-ulang dan bersifat kekinian. Namun, dia juga mengakui bahwa sejumlah motivasi bersifat bawah sadar sementara yang lain hasih pereduksi.  Allport mendata empat persyaratan bagi teori motivasi yang kuat, yaitu :
1.      Teori motivasi yang “akan mengakui kekinian motif-motif”. Dengan kata lain “apapun yang menggerakkan kita saat ini, kita harus bergerak” (Allport, 1961, hlm.220). Masa lalu tidak terlalu penting. Sejarah hidup seseorang menjadi signifikan jika memiliki efek bagi motivasi saat ini.
2.      “hanya teori pluralistiklah yang sanggup menerima berbagai tipe motif manusia” (Allport, 1961, hlm. 221). Allport yakin motif orang dewasa berbeda dengan motif anak-anak, dan bahwa motivasi indivisu yang neurotic berbeda dari motif individu yang normal. Selain itu, beberapa motivasi sangat disadari sementara yang lain tidka begitu disadari. Motif yang berbeda tidak hanya dalam bentuknya tapi juga dalam substansinya.
3.      “teori ini melukiskan  kekuatan dinamis proses-proses kognitif-seperti membuat perencanaan dan menentukan niat”(Allport, 1961, hlm. 222).  Allport berpendapat bahwa umumnya orang sibuk menjalani hidup menuju masa depan namun, kebanyakan teori psikologis “sibuk melacak hidup ke belakang, ke masa lalu. Dan jika kita sendiri merasa aktif secara spontan, para psikolog  ini menyatakan bahwa kita hanya bersifat reaktif saja”.
4.      Sebuah teori mitivasi yang kuat “memberikan perhatian pada keunikan motif-motif”(Allport, 1961, hlm. 225). Motif unik yang konkret berbeda dari motif umum yang abstrak, karena dilandaskan pada teori-teori  yang sudah ada saat ini dan mengabaikan motivasi actual pribadi yang riil.
Ringkasnya , motif yang secara fungsional otonom bersifat kekinian dank has indivisu, bisa bertumbuh dari motif-motif sebelumnya tetapi secara fungsional independen. Allport (1961, hlm. 229) mendefinisikan otonom fungsional sebagai “ system motivasi yang dibutuhkan di mana tegangan yang terlibat tidak sama jenisnya dengan tegangan-tegangan terdahulu yang membuat system yang di butuhkan berkembang”.

Otonomi Fungsional Ketertantangan
Elemen yang paling mendasari otonomi fungsional adalah otonomi fungsional ketergantungan (prerverative functional autonomy).  Kata ketergantungan merupakan sebuah kecenderungan untuk menyisakan kesan kuat bagi pengalam-pengalam sesudahnya. Contoh motivasi fungsional ketergantungan yang melibatkan motivasi manusia adalah ketergantungan pada alcohol. Para alkoholik terus saja meminum minuman keras meskipun motivasi saat ini sudah independen secara fungsional dari motif awalnya. Contoh lain berkaitan dengan tugas-tugas yang belum selesai. Sebuah persoalan yang mestinya selesai tetapi terhambat akan menciptakan tantangan baru untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Tegangan baru ini berbeda dari motivasi awal.
Otonomi Fungsional Kemanfaatan
System penguasaan motivasi yang menghargai kesatuan pribadi adalah otonomi fungsional kemanfaatan (propriate functional autonomy), yang mengacu pada motif-motif pertahanan diri bagi proprium.
Criteria bagi Otonomi Fungsional
Motivasi yang timbul saat ini adalah motivasi fungsional untuk mencari tujuan-tujuan baru, yang berarti perilaku akan terus berlanjut meskipun motivasi sudah berubah. Contohnya seorang anak yang dedang belajar berjalan, awlahnya anak itu belajar berjalan termotivasi oleh sejumlah dorongan pendewasaan, tetapi kemudian anak tersebut mulai berjalan untuk meningkatkan mobilitas dan menbangun rasa percaya diri.
Proses-proses yang Bukan Otonomi Fungsional
Menurut alport ada delapan proses secara otonom fungsional, yaitu :
1.      Dorongan-dorongan biologis, seperti makan dan tidur
2.      Motif-motif yang langsung berkaiatan dengan pereduksian dorongan-dorongan dasar
3.      Tindakan-tindakan refleks seperti kedipan mata
4.      Kelengkapan dasar, seperti fisik dan temperamen
5.       Kebiasaan yang terbentuk didalam proses
6.      Pola-pola perilaku yang memerlukan penguatan utama
7.      Sublimasi yang terkait kepada hasrat seksual kanak-kanak
8.      Sejumlah simtom neurotic atau patologis
Delapan hal itu biasa menjadi motif-motif fungsional atau tidak. Disisi lain, beberapa simtom patologis lain berfungsi sebagai pendukung gaya pribadi saat ini, karenanya secara fungsional otonom dari penglaman-pengalaman sebelumnya yang melahirkan patologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar