Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Januari 2012

Sebuah arti dari kata kehilangan


inilah sebuah kisah tentang kehilangan yang pernah saya alami. Kisah yang menarik dalam sepanjang perjalanan hidup dan tidak akan pernah terlupakan. Kehilangan yang saya tahu tidak banyak, ada kehilangan sesuatu yang berharga maupun sampai pada kehilangan waktu di dunia alias meninggal dunia. Terkadang kisah ini membuat saya terhanyut dalam sebuah cerita yang dapat mewakili rasa yang ada dihati, baik lara maupun bahagia. Demikian halnya dengan kehilangan pasti rasa itu tidak akan pernah terwakilkan.
Ketika kita mendengar kata kehilangan pasti kedengaran begitu menyedihkan dan menyayat hati. Tetapi tidak sedikit orang yang bisa tertawa saat ia merasa kehilangan. Orang yang kehilangan kesialan akan lebih merasa bahagia, karena yakin esok hari ia akan tidak merasakan sial lagi. Tidak heran ia akan tersenyum lagi malah terkadang bisa tertawa terbahak-bahak. Lain lagi halnya denganseseorang yang sedang kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya, ia akan melamun di sepanjang hari mengenang saat-saat kebersamaan itu dan terkadang sambil meneteskan air mata. Ada pula yang sampai meraung-raung menangis bila merasa itu perlu. Tetapi semua itu tergantung pada sebatas apakah rasa kehilangan yang kita alami.
Setiap manusia pasti pernah merasakan kehilangan. Begitu pula dengan saya, tentu saja pernah mengalami hal tersebut. Saya pernah kehilangan Sahabat (walaupun saya temukan namun tidak bisa saya temui), kehilangan teman bermain (karena jarak yang memisahkan), kehilangan teman baik (seseorang yang bukan saya namakan kekasih), kehilangan benda kesayangan (hp yang saya beli dari tabungan dan arisan), kehilangan orang yang kita cintai dan kehilangan musuh yang selalu meneror melalui hp. kehilangan yang saya ungkapkan itu hanya kehilangan yang terakhir yang menjadi kehilangan yang paling bahagia buat saya.
Banyak orang yang merasa bahwa kehilangan sebuah yang sangat menyedihkan, bahkan dapat membuat kita melamun sampai dapat menjadikan orang depresi. Tetapi saya yakin kehilangan itu bisa disembuhkan. Karena banyak orang yang berkata hal yang serupa kalau belum pernah merasakannya. Seperti apa yang telah dirasakan banyak orang, saya pun merasa sakit ketika merasakan sesuatu yang harus/dipaksa hilang dari saya. Begitu juga dengan saya, karena hati ini bukan terbuat dari batu maka akan terasa sakit ketika mengalami kehilangan. Namun jangan terlalu kita sesali karena saya yakin akan mendapatkan hal yang terbaik dari sebelumnya.
Ketika kehilangan seorang sahabat, tentunya saya merasa malu harus mengatakannya. Tetapi itulah yang telah saya alami. Nama sahabat saya ialah Ado dan Ike, ia seorang yang baik dan tidak sombong. Ketika saya mengenang masa lalu momen-momen itu tak pernah perlupakan. Ado dan Ike adalah sahabatku yang terbaik, Kita selalu berangkat sekolah bersama dan selalu mempunyai kebiasaan yang sama. Mungkin dari situlah kami mempunyai kecocokan yang sama. Hari-hari terasa menyenangkan bersama mereka disaat susah maupun senang. Setelah pulang sekolah kita selalu makan mie ayam yang dijual di pinggir pasar. Tetapi sekarang tinggalah kenangan karena kita sudah terpisahkan oleh kepentingan dan waktu. Itulah waktu dimana saya begitu kehilangan sahabat disaat SMA yang begitu berarti dalam hidupKu.
Saya juga kehilangan teman bermain, ia adalah teman bermainku dirumah sebut saja namanya albet. Kita selalu bermain bersama setelah pulang sekolah, biasanya kita bermain gitar dan bernyanyi sambil nongkrong didepan rumah. Kalau malam kita sering jalan-jalan naik motor sambil muter-muter di tengah kota. tetapi sekarang kita tidak dapat melakukannya lagi karena terpisahkan oleh jarak diantara kita. Saya yang harus menempuh pendidikan diluar kota menyebabkan saya kehilangan teman bermain yang seperti dulu.
Saya kehilangan barang kesayangan, sebut saja itu Hp seri nokia 7610, barang yang saya beli dari uang menabung dan hasil arisan. Walau bagi sebagian orang itu hanyalah Hp dengan seri biasa, tapi bagi saya itulah Hp kebanggaan yang mampu dibeli saat itu. Saya boleh berbangga diri ditengah teman-teman yang masih merengek minta di belikan Hp kepada orangtuanya. Tapi ternyata kebanggan itu tidak lama, dalam suatu keteledoran akhirnya Hp itu pun harus berpindah tangan karena jatuh di jalan. Kesal memang, tapi saya bisa apa, hanya ngedumel, tetapi mau sampai kapan ngedumel terus. Saya harus ikhlaskan itu, sambil berharap bisa mendapat ganti yang lebih baik.
Saya juga pernah kehilangan seorang wanita yang saya cintai. Setiap orang pernah mencintai dan dicintai seseorang maka kita harus tahu begitu sakitnya kehilangan sehingga kita tetap menjaga yang kita miliki. Dulu ada seorang yang begitu mencintai dan mengasihi saya, tetapi bodohnya saya meninggalkan dia dan tidak menganggapnya menjadi seorang kekasih. Walaupun tanpa cinta hubungan kita sudah berjalan lama. Tetapi hati kecil ini belum bisa menerimanya sebagai orang yang harus saya sayangi. Suatu hari dia tahu bahwa saya tidak menganggapnya dan ketika itu saya putuskan hubungan yang sudah lama terjalin. Begitu perpisahan saya pun merasakan kehilangan karena tidak ada wanita yang sebaik dan secantik hatinya. Selama saya berjuang untuk mendapatkan cintanya lagi tetapi sekarang sia-sia belakang, apa yang saya pernah lakukan membuatnya sakit hati dan tidak pernah bisa kembali lagi menjadi milik kita. Kehilangan seseorang yang kita cintai terasa begitu sedih dan begitu sakit pula. Mungkin itu juga pernah ia rasakan saat kehilangan orang yang dia cintai. Rasa kehilangan membuat kita merasakan hidup terasa tidak berarti, makan pun terasa bagaikan sayur tanpa garam. Yang ada hanya melamun dan berharap ia kembali lagi, tetapi rasa itu telah hilang karena sakit yang begitu dalam. Ada saatnya kita memiliki dan ada pula saatnya kita kehilangan itulah yang menjadikan saya lebih kuat. Hanya keiklasan yang dapat diberikan ketika merasakan kehilangan. Jangan sampai anda menyesal karena kehilangan seseorang yang berarti, maka jagalah yang anda miliki sekarang.
terakhir, ini adalah kehilangan yang bukan buat saya saja kehilangan yang berbahagia tapi juga anda bila pernah merasakannya. saya masukkan ini ke kelompok kehilangan karena memang saya kehilangan, tapi saya bisa mengatakan kehilangan ini sambil tersenyum Tidak ada yang senang di teror, bukan. Mungkin ada hikmahnya juga saya kehilangan Hp di beberapa waktu yang lalu, (nah, bisa-bisanya saya bilang begini, padahal betapa ngedumelnya saya waktu kehilangan itu terjadi), walau sebenarnya bisa saja saya kembali memakai No. Hp yang lama tetapi buat saya ini menjadi awal saya harus melepaskan semua. Saya harus menjadi baru, dalam artian saya sendiri, walau akhirnya saya harus mengulang bertanya No. Hp teman-teman satu persatu, tetapi saya merasa senang.
inilah kisah yang saya alami selama ini. semoga ada hikmah yang bisa kita petik dari pembelajaran kali ini. kira-kira bagaimana dengan pengalaman yang anda rasakan selama ini? adakah hal yang sama seperti kisah cerita kehilangan ini. ini adalah sedikit kisah yang  pernah ada.

Pendekatan Allport Bagi Teori Kepribadian


Apakah Kepribadian??
Allport melacak definisi kepribadian melalui etimologi kata pesona kembali keakar bahasa yunani, latin kuno, dan etruskan. Kepribadian kemungkinan besar berasal dari kata pesona. Lalu allport membuat 49 definisi kepribadian. Kemudian, Allport kembali menawarkan definisi kepribadian yang ke 50 “pengorganisasian dinamis dalam diri individu di mana system psikofisiknya menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan” (Allport, 1937, hlm.48). lalau pada tahun 1961 ia mengubah frasa terakhirnya menjadi “menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya” (Allport, 1961, hlm.28). Lalu Allport menekankan gagasan bahwa perilaku manusia yang beradaptasi dengan lingkungan bersifat ekspresif sekaligus adaptif. Allport memilih setiap frasa dengan hati-hati, seperti istilah “ pengorganisasian dinamis” berarti pengintegrasian atau saling keterkaitan beragam aspek kepribadian. Kepribadian bukan lah sesuatu yang statis, kepribadian selalu bertumbuh atau berubah. Istilah “menentukan” diartikan “kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu” (Allport, 1961, hlm. 29). Kepribadian bukan hanya topeng yang digunakan dan tidak hanya sekedar perilaku. Dia mengacu kepada individu di belakang tampilan, pribadi dibelakang tindakan.  Definisi komperhensif Allport tentang kepribadian ini menunjukkan bahwa manusia adalah produk sekaligus proses, memiliki sejumlah struktur yang terorganisasikan, sementara di waktu yang sama memiliki kemampuan untuk berubah. Singkatnya kepribadian bersifat psokologis, mencakup perilaku yang tampak dan pikiran yang terungkap.  Kepribadian adalah substansi sekaligus perubahan, produk sekaligus proses, struktur sekaligus pertumbuhan.
Apakah peran dari motifasi yang disadari??
Allport menekankan pentingnya motifasi yang disadari. Orang umumnya sadar dengan apa yang mereka kerjakan dan alasan mengerjakannya. Walaupun menekankan pentingnya motifasi yang disadar Allport tidak mengabaikan eksistensi atau pentingnya proses bawah sadar. Allport sadar bahwa sejumlah motifasi timbul dari impuls-impuls yang tersembunyi dan dorongan yang terselubung. Contohnya, perilaku kompulsif seperti mempecundangi diri sendiri biasanya termotifasi oleh kecenderungan-kecenderungan bawah-sadar.
Apakah cirri pribadi yang sehat?
Beberapa asumsi agar dapat memahami konsep Allport dalam pribadi yang dewasa. Pertama, pribadi yang dewasa dicirikan oleh sikap proaktif, yaitu tidak hanya bereaksi terhadap stimuli eksternal, tetapi juga sanggup bertindak dengan sadar terhadap lingkungan dengan cara baru dan  inovatif. Sikap proaktif tidak hanya langsung mereduksi tegangan, tetapi juga menciptakan tantangan baru. Kedua, kepribadian yang dewasa tampaknya lebih termotivasikan eleh proses-proses sadar daripada kepribadian yang terdistorsi, hal itu menjadikan lebih fleksibel dan mandiri letimbang pribadi sehat yang masih termotivasi oleh motif-motif bawah sadar yang muncul dari pengalaman masa kanak-kanak. Pribadi yang sehat juga tampak lenih matang ketika usia mereka matang.
Pada tahun 1961 Allport mengidentifikasikan enam criteria bagi kepribadian yang dewasa. Pertama, adalah perluasan konsep diri. Pribadi yang dewasa tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tapi sanggup menyelami masalah dan aktivitas yang ada di luar dirinya. Mereka yang memiliki pribadi yang dewasa mengembangkan ketidak egoisan dan  kepedulian social.  Allport menyatakan “ setiap orang memiliki cinta-diri namun, hanya pengembangan diri sajalah tanda kedewasaan”
Kedua, “hubungan hangat dirinya dengan orang lain” (Allport, 1961, hlm. 285). Individu yang sehat secara psikolodis memperlakukan orang lain dengan penuh penghargaan dan mereka menyadari bahwa kebutuhan, hasrat, dan harapan orang lain tidaklah berbeda dari yang mereka miliki. Serta tidak mengeksploitasi orang lain demi kepuasan diri sendiri.
Ketiga, adalah rasa aman emosional atau penerimaan diri. Indifidu yang dewasa menerima diri dengan apa adanya, dan memiliki muatan emotif (emotional poise) seperti apa yang sidah di sebutkan oleh Allport (1961).
Keempat, pribadi yang sehat secara psikologis memiliki persepsi yang realistis tentang lingkungan sekitarnya. Mereka lebih berorientasi pada masalah dari pada rasa egoismenya, dan bersentuhan dengan dunia sekitar.
Kelima,  adalah insight (kedalam wawasan) dan humor. Allport (1961) yakin bahwa kedalaman wawasan dan humor berkaitan erat dan menjadi aspek dari satu hal yang sama yaitu objektivitas. Individu yang sehat mempu melihat dirinya secara objektif, sanggup memahami ketidakkongruenan dan absurditas, dalam hidup , dan tidak perlu berpura2.
Keenam, kedewasaan adalah memiliki filsafat hidup yang menyatukan. Filasaf hidup bisa berupa konsep agama atau bukan, Alloprt (1961) merasa bahwa orientasi keagamaan yang dewasa adalah aspek krusial dalam kehidupan sebagian besar individu yang dewasa.
Struktur Kepribadian
Bagi Allport struktur kepribadian yang paling penting adalah deskripsi tentang pribadi berdasarkan karakterstik individualnya, dan dia menyebutkan karakter individual ini adalah disposisi personal.
Disposisi Personal
Allport memilih frasa untuk mendefinisikan sifat umum dan sifat individual. Sifat umum (common traits) adalah karakteristik yang umum dimiliki oleh banyak orang. Allport mendefinisikan Disposisi Personal sebagai struktur neuropsikis umum(sekaligus khas individu), yang sanggup mengubah banyak stimuli yang ekuivalen secara fungsional, sekaligus menginisiatifkan dan menuntun bentuk-bentuk (ekuivalen) perilaku adaptif dan gaya pribadi secara konsisten (Allport, 1961, hlm. 373). Perbedaan antara disposisi personal dengan sifat umum adalah disposisi personal bernuansa individual, sedangkan sifat umum dimiliki oleh beberapa orang.
Tingkat Disposisi Personal
Disposisi Esensial. Ada beberapa orang yang memiliki karakteristik yang sangat kuat sehingga mendominasi hidup mereka. Allport menyebutkan disposisi semacam ini sebagai Disposisi esensial (cardinal dispositions). Beberapa contoh disposisi esensial adalah quixotic (idealis), chauvinistic (penuh prasangka), narcissistic (narsis), sadistic (sadis) dan don juan (don-juanis). Karena disposisi probadi bersifat individual  dan tidak di miliki orang lain, hanya don Quixote yang sungguh-sungguh quixotic, hanya narcissus yang sungguh-sungguh narcissistic. Namun jika nama-nama ini digunakan untuk melukiskan karakteristik orang lain, maka cirri-ciri tersebut menjadi sifat umum.
Disposisi Sentral. Allport mendeskripsikan disposisi sentral  dengan ilustrasi seorang menuliskan daftar sifat-sifat paling menonjol pada temannya. Dengan cara ini Allport yakin kalau manusia umumnya memiliki 5 dari 10 disposisi sentral diman teman-teman dan kenalan dekat setuju dengan deskripsi mengenai pribadi itu.
Disposisi Sekunder. Yang tidak begitu jelas namun jauh lebih besar dari pada disposisi sentral adalah disposisi sekunder (secondary dispositions). Setiap orang memiliki banyak disposisi sekunder yang tidak sentral bagi kepribadian namun selalu muncul teratur dan bertanggung jawab bagi kebanyakan perilaku spesifik.
Namun terkadang ketiga tingkatan disposisi personal ini  tampak jelas ataupun tidak tampak sama sekali. Disposisi sentral menuntun sebagian besar perilaku adaptif dan gaya pribadi yang bercampur menjadi disposisi sekunder yang kurang berperan penting dalam diri individu.
Disposisi Motivasi dan Disposisi Gaya
Semua disposisi personal bersifat dinamis dalam arti memiliki kekuatan motivasi. Allport menyebutkan suatu disposisi yang kuat sebagai “disposisi motivasi (motivational disposition)”. Disposisi yang dirasakan sangat kuat menerima motivasi darikebutuhan dan dorongan dasar. Sedangkan Allport menyebutkan disposisi yang kurang begitu kuat sebagai “disposisi gaya (stylistic disposition)” meskipun disposisi ini  juga memiliki sejumlah kekuatan motivasi. Contoh disposisi gaya adalah penampilan seseorang.
Disposisi motivasi Allport mirip dengan konsep Maslow tentang sikap penguasaan, sementara disposisi gaya mirip dengan konsep Maslow tentang sikap eksresif. Allport tidak melihat perbedaan tajam antara disposisi motivasi dan disposisi gaya. Beberapa disposisi jelas-jelas bersifat gaya, yang lain tidak begitu jelas apakah didasarkan pada pada kebutuhan yang dirasakan sangat kuat atau kah bersifat motivasi.
Proprium
Allport menggunakan istilah Proprium  untuk mengacu pada perilaku dan karakteristik yang diangggap hangat, sentral dan penting dalam hidup seseorang. Tetapi Proprium bukan keseluruhan pribadi, karena banyak karakteristik dan perilaku seseorang tidak hangat atau sentral yaitu berada di tepian kepribadian. Perilaku yang tidak sentral ini meliputi : dorongan dan kebutuhan dasar yang umum ditemui dan terpengaruhi tabpa kesulitan; kebiasaan komunitas, seperti berpakaian dan cara menyapa; dan kebiasaan perilaku, seperti merokok, sesuatu yang dilakukan secara otomatis dan tidak krusial bagi konsep-diri seseorang. Proprium mencakup aspek-aspek kehidupan yang dianggap seseorang penting bagi konsep-diri dan pengembangan-diri(Allport, 1955). Proprium mencakup nilai-nilai pribadi yang merupakan bagian dari suara hati yang bersifat personal dan konsisten dengan keyakinan seorang yang dewasa.
Motivasi
 Menurut Allport teori motivasi semestinya membahas perbedaan antara motif-motif peripheral dan perjuangan yang bermanfaat (propriate strivings). Motif-motif peripheral mereduksi kebutuhan, sedangkan perjuangan yang bermanfaat berusaha memprtahankan tegangan dan ketidakkeseimbangan. Teori mitivasi seharusnya dapat menjelaskan perilaku orang dewasa reaktif sekaligus proaktif.
Teori Motivasi
Allport yakin bahwa kepribadian yang berdaya guna adalah manusia tidak hanya beraksi pada lingkungannya, tetapi juga lingkungan bereaksi kembali pada diri individu tersebut. Kepribadian adalah system yang terus bertumbuh, mengizinkan elemen-elemen baru untuk secara konsistenmasuk dan mengubahnya. Banyak peneliti yang meneliti tidak adanya kemungkinan-kemungkinan bagi bertambahnya elemen-elemen baru yang dapat masuk. Psikoanalisis dan berbagai teori belajar pada dasarnya bersifat homeostatis atau teori yang bersifat reaktif, karena melihat manusia  umunya termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mereduksi tegangan agar kembali pada kondisi seimbang. 
Menurut Allport teori kepribadian yang kuat adalah teori yang didalamnya mencakup perilaku-perilaku proaktif.  Teori yang komperhensif bukan hanya dipenuhi oleh penjelasan mengenai teori reaktif namun, harus juga sanggup menerima penjelasan teori-teori proaktif yang menekankan  perubahan dan pertumbuhan. Allport berpendapat bahwa psikologis yang mempelajari  pola-pola dan kaidah-kaidah umum perilaku manusia di satu sisi (isi dari psikologi tradisional), juga harus mempelajari, disisi lain  pertumbuhan dan individualitas.

Otonomi Fungsional
Konsep otonomi fungsional (functional autonomy) merepresentasikan postulat Allport yang paling unik sekaligus paling konvensional. Otonomi fungsional lebih merepresentasikan sebuah teori mengenai perubahan motif-motif dari pada kestatisan motif dan konsep ini yang menjadi dasar bagi pemikiran Allport mengenai motivasi. Otonomi fungsional adalah reaksi terhadap apa yang disebut Allport teori tentang motivasi yang tidak pernah berubah, seperti prinsip kesenangan Freud dan hipotesis pereduksian dorongan dari psikologi stimulus-respon. Allport melihat kalau teori-teori semacam ini lebih didasarkan pada fakta-fakta historis, fukan hanya fakta-fakta fungsional. Allport yakin bahwa system mitivasi dibangun dari hal-hal yang disadari, diulang-ulang dan bersifat kekinian. Namun, dia juga mengakui bahwa sejumlah motivasi bersifat bawah sadar sementara yang lain hasih pereduksi.  Allport mendata empat persyaratan bagi teori motivasi yang kuat, yaitu :
1.      Teori motivasi yang “akan mengakui kekinian motif-motif”. Dengan kata lain “apapun yang menggerakkan kita saat ini, kita harus bergerak” (Allport, 1961, hlm.220). Masa lalu tidak terlalu penting. Sejarah hidup seseorang menjadi signifikan jika memiliki efek bagi motivasi saat ini.
2.      “hanya teori pluralistiklah yang sanggup menerima berbagai tipe motif manusia” (Allport, 1961, hlm. 221). Allport yakin motif orang dewasa berbeda dengan motif anak-anak, dan bahwa motivasi indivisu yang neurotic berbeda dari motif individu yang normal. Selain itu, beberapa motivasi sangat disadari sementara yang lain tidka begitu disadari. Motif yang berbeda tidak hanya dalam bentuknya tapi juga dalam substansinya.
3.      “teori ini melukiskan  kekuatan dinamis proses-proses kognitif-seperti membuat perencanaan dan menentukan niat”(Allport, 1961, hlm. 222).  Allport berpendapat bahwa umumnya orang sibuk menjalani hidup menuju masa depan namun, kebanyakan teori psikologis “sibuk melacak hidup ke belakang, ke masa lalu. Dan jika kita sendiri merasa aktif secara spontan, para psikolog  ini menyatakan bahwa kita hanya bersifat reaktif saja”.
4.      Sebuah teori mitivasi yang kuat “memberikan perhatian pada keunikan motif-motif”(Allport, 1961, hlm. 225). Motif unik yang konkret berbeda dari motif umum yang abstrak, karena dilandaskan pada teori-teori  yang sudah ada saat ini dan mengabaikan motivasi actual pribadi yang riil.
Ringkasnya , motif yang secara fungsional otonom bersifat kekinian dank has indivisu, bisa bertumbuh dari motif-motif sebelumnya tetapi secara fungsional independen. Allport (1961, hlm. 229) mendefinisikan otonom fungsional sebagai “ system motivasi yang dibutuhkan di mana tegangan yang terlibat tidak sama jenisnya dengan tegangan-tegangan terdahulu yang membuat system yang di butuhkan berkembang”.

Otonomi Fungsional Ketertantangan
Elemen yang paling mendasari otonomi fungsional adalah otonomi fungsional ketergantungan (prerverative functional autonomy).  Kata ketergantungan merupakan sebuah kecenderungan untuk menyisakan kesan kuat bagi pengalam-pengalam sesudahnya. Contoh motivasi fungsional ketergantungan yang melibatkan motivasi manusia adalah ketergantungan pada alcohol. Para alkoholik terus saja meminum minuman keras meskipun motivasi saat ini sudah independen secara fungsional dari motif awalnya. Contoh lain berkaitan dengan tugas-tugas yang belum selesai. Sebuah persoalan yang mestinya selesai tetapi terhambat akan menciptakan tantangan baru untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Tegangan baru ini berbeda dari motivasi awal.
Otonomi Fungsional Kemanfaatan
System penguasaan motivasi yang menghargai kesatuan pribadi adalah otonomi fungsional kemanfaatan (propriate functional autonomy), yang mengacu pada motif-motif pertahanan diri bagi proprium.
Criteria bagi Otonomi Fungsional
Motivasi yang timbul saat ini adalah motivasi fungsional untuk mencari tujuan-tujuan baru, yang berarti perilaku akan terus berlanjut meskipun motivasi sudah berubah. Contohnya seorang anak yang dedang belajar berjalan, awlahnya anak itu belajar berjalan termotivasi oleh sejumlah dorongan pendewasaan, tetapi kemudian anak tersebut mulai berjalan untuk meningkatkan mobilitas dan menbangun rasa percaya diri.
Proses-proses yang Bukan Otonomi Fungsional
Menurut alport ada delapan proses secara otonom fungsional, yaitu :
1.      Dorongan-dorongan biologis, seperti makan dan tidur
2.      Motif-motif yang langsung berkaiatan dengan pereduksian dorongan-dorongan dasar
3.      Tindakan-tindakan refleks seperti kedipan mata
4.      Kelengkapan dasar, seperti fisik dan temperamen
5.       Kebiasaan yang terbentuk didalam proses
6.      Pola-pola perilaku yang memerlukan penguatan utama
7.      Sublimasi yang terkait kepada hasrat seksual kanak-kanak
8.      Sejumlah simtom neurotic atau patologis
Delapan hal itu biasa menjadi motif-motif fungsional atau tidak. Disisi lain, beberapa simtom patologis lain berfungsi sebagai pendukung gaya pribadi saat ini, karenanya secara fungsional otonom dari penglaman-pengalaman sebelumnya yang melahirkan patologi.

TEORI-TEORI INDIVIDUAL DIFFERENCES

Individu adalah unik. Walaupun tuhan telah menciptakan bermilyar-milyar manusia dari zaman dahulu sampai sekarang dan seterusnya, namun tidak ada satupun manusia yang sama persis dengan orang lain walaupun saudara kembar sekalipun.
Perbedaan tersebut tudak hanya pada bentuk fisik semata, akan tetapi juga dalam hal keyakinan terhadap suatu nilai, kemampuan kognitif, sikap, minat terhadap sesuatu dan hal-hal lainnya. Dibawah ini ada beberapa teori yang berhubungan dengan indifidual differences.
VALUE
Menurut Allport nilai adalah suatu keyakinan yang melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya (dalam Rokeach, 1973). Robinson dkk. (1991) mengemukakan bahwa keyakinan, dalam konsep Rokeach, bukan hanya pemahaman dalam suatu skema konseptual, tapi juga predisposisi untuk bertingkah laku yang sesuai dengan perasaan terhadap obyek dari keyakinan tersebut.
Dalam Rokeach (1973) dikatakan, sebagai keyakinan, nilai memiliki aspek kognitif, afektif dan tingkah laku dengan penjelasan sebagai berikut:
1.                    Nilai meliputi kognisi tentang apa yang diinginkan, menjelaskan pengetahuan, opini dan pemikiran individu tentang apa yang diinginkan.
2.                   Nilai meliputi afektif, di mana individu atau kelompok memiliki emosi terhadap apa yang diinginkan, sehingga nilai menjelaskan perasaan individu atau kelompok terhadap apa yang diinginkan itu.
3.                   Nilai memiliki komponen tingkah laku, artinya nilai merupakan variabel yang berpengaruh dalam mengarahkan tingkah laku yang ditampilkan.
Fungsi Nilai
Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya ialah:
· Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issuestertentu (Feather, 1994).
·                     Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi politik yang lain.
·                     Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain.
·                     Melakukan evaluasi dan membuat keputusan.
·                     Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah.
2. Sistim nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan (Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994)
Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang bersangkutan.
3. Fungsi motivasional
Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994), memberi arah dan intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara biologis) dan keinginan, selain tuntutan sosial (Feather, 1994; Grube dkk., 1994).
ABILITY(KOGNITIF)
Ability adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk mempertahankan dirinya, sedangkan ability kognitif lebih kepada kemampuan manusia yang menyangkut proses berfikir dalam memanipulasi alam sekitarnya untuk mencapai tujuannya.
Menurut Spearman intelegensi mengandung 2 macam faktor, yaitu
a) General ability atau general faktor (faktor G)
Faktor ini terdapat pada semua individu, tetapi berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor ini selalu didapati dalam semua “performance”.
b) Special ability atau special faktor (faktor S)
Faktor ini merupakan faktor yang khusus mengenai bidang tertentu. Dengan demikian, maka jumlah faktor ini banyak, misalnya ada S1, S2, S3, dan sebagainya sehingga kalau pada seseorang faktor S dalambidang tertentu dominan, maka orang itu akan menonjol dalam bidang tersebut.
Menurut Spearman tiap-tiap “performance” adanya faktor G dan faktor S, atau dapat dirumuskan:
P=G+S
MINAT SOSIAL
Menurut Adler, masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi yang sehat bukan hanya mencintai dan bekerja, melainkan merasakan keberrsamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesehjateraan mereka. Beberapa prinsip penting dalam teori Adler adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang berjuang untuk mencapai superioritas atau kompetensi personal
2. Setiap orang mengembangkan gaya hidup dan rencana hidup yang sebagian disadar atau direncanakan dan sebagian tidak disadari.
a. Gaya hidup seseorang mengindikasikan pendekatan yang konsisten pada banyak situasi
b. Rencana hidup dikembangkan berdasarkan pilihan seseorang dan mengarah pada tujuan yang diperjuangkan seseorang untuk dicapai
3. Kualitas kepribadian yang sehat adalah kapasitas untuk mencapai “fellow feeling” atau Gemeinschaftgefuhli, yang fokus pada kesehjateraan orang lain. Adler menyebunya minat sosial.
4. Ego merupakan bagian dari jiwa yang kreatif. Menciptakan realitas baru melalui proses menyusun tujuan dan membawanya pada suatu hasil, disebut dengan fictional goals.

Inferioriy dan Superiority
Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Dengan demikian perilaku kita dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan. Inferioritas berarti merasa lemah dan tidak memiliki keterampilan untuk menghadapi tugas atau keadaan yang harus diselesaikan. Hal itu tidak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain yang lebih matang dan berpengalaman. Sedangkan superiority bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan khusus seperti dimanja dan ditolak, mungkin dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif utama setiap orang adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.

Social Interest
Social interest merupakan bentuk kepedulian atas kesehjateraan orang lain yang berkelanjutan sepanjang kehidupan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Meskipun minat sosial dilahirkan, tetapi menurut Adler terlalu lemah atau kecil untuk dapat berkembang dengan sendirinya. Oleh karena itu menjadi tugas Ibu, yang menjadi orang pertama dalam pengalaman seorang anak, untuk mengembangkan potensi tersebut. Apabila ibu tidak dapat membantu anak untuk memperluas minat sosialnya, maka anak akan cenderung tidak memiliki kesiapan ketika menghadapi masalah dalam lingkungan sosialnya.
Minat sosial memungkinkan seseorang untuk berjuang mencapai superior dengan cara yang sehat dan kurangnya minat sosial tersebut dapat mengarahkan pada fungsi yang maladaptif. Semua kegagalan seperti neurotik, psikotik, pemabuk, anak yang bermasalah dan lainnya disebabkan kurangnya memiliki minat sosial mereka mengatasi masalah pekerjaan, persahabatan dan seks tanpa memiliki keyakinan bahwa hal tersebut dapat diselesaikan dengan cara kerja sama. Makna yang diberikan pada kehidupan lebih bernilai pribadi. Tidak ada orang lain yang mendapatkan keuntungan dengan tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan merupakan merasakan superioritas personal dan hanya berarti untuk diri mereka sendiri. sebagai manusia yang sehat, maka pada waktu yang bersamaan ia akan berjuang mencapai superior dengan membantu orang lain mencapai tujuan mereka.

Style of Life
Melalui konsep gaya hidup, Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mencapai hal tersebut.
Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.
TEORI SIKAP
Sikap atau attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada tahun 1962yang berarti status mental seseorang (Azwar, 2005, p.3). Severin dan Tarkand(2001,p. 151) berperdapat bahwa sikap pada dasarnya adalah tendensi seseorang terhadap sesuatu. Sikap merupakan suatu evaluasi terhadap objek sikap dimana evaluasi rasa suka dan tidak suka terhadap objek sikap tersebut adalah inti sikap. Sikap selalu berperan sebagai penghubung antara respon dan objek yang dikenai sikap. “Sikap ini merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir serta merasa pada suatu objek tertentu” (Sunarjo&Sunarjo Djoenarsih S, 1995, p.37).
Factor pembentuk sikapFactor-faktor pembentuk sikap antara lain adalah (Azwar, 2005): pengalaman pribadi
a.                   Pengaruh orang lain yang dianggap penting
b.                   Pengaruh kebudayaan
c.                   Pengarug media massa
d.                   Pengaruh emosional
e.                   Lembaga pendidikan dan Lembaga agama
Komponen sikapMenurut Severin dan Tangkard, ada tiga komponen sikap yang saling menunjang. Yaitu:
a. Komponen afektif
Komponen kognitif berisi perasaan-perasaan terhadap objek sikap terkait dengan rasa suka atau tidak suka
b. Komponen kognitif
Komponen ini berisi tentang keyakinan terhadap objek sikap, komponen ini akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek sikap.
c. Komponen perilaku
Komponen ini akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap(Mar’at, 1982, p.21). Sedang menurut Azwar, komponen ini menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri individu berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap antara lain (Ahmadi, 2002):
a. Learnability
Sikap merupakan hasil pembelajaran, baik itu secara sengaja maupun secara tidak sengaja
b. Stability
Sikap akan menjadi kuat dan stabil melalui pengalaman yang berulang-ulang.
c. Personal-society significance
Sikap melibatkan hubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain dan antara individu dengan benda atau situasi
d. Cognitive and affective
Komponen kognisi sikap berisi informasi yang factual sehingga akan memunculkan komponen afeksi
e. Approach-avoidance directionality
Kepentingan individu akan menggiring individu untuk menyeleksi apakah objek sikap favorable.
Daftar Pustaka